Kebaikan Hati Raisa dan kak Elza
"Huaaam... ah, sudah jam 05.00, aku harus shalt subuh dulu... setelah
itu mandi," kata Raisa yang baru bangun dari tidurnya. Jam 05.30...
"sudah selesai, aku mau makan dulu saja ahh..." kata Raisa. Raisa pun
turun ke lantai bawah untuk segera makan dan minum susu agar tubuhnya
tetap sehat.
"Ray, kamu minum susu dulu
gih!" suruh kak Elza. Oh ya, kebetulan mama dan papa Raisa sedang pergi
ke Paris, ada pekerjaan untuk mereka. Glek..glek... lima detik susu
sudah habis..."Ahhh....enak." kata Raisa. "Oh ya, kak, kakak kok nggak
kuliah?" tanya Raisa. "Iya, kenapa ya, kampus kakak libur terus. kakak
juga bingung. Tapi, enak, jadi kakak nggak usah bangun pagi-pagi lagi.."
kata kak Elza.
"Huh... masih lama di jemputnya, aku mau
nonton TV dulu ya kak." kata Raisa. "Wah,,,, ada anak tidak bisa
sekolah. Kasihan sekali, aku mau membantu ah.." kata Raisa. "Kamu kenapa
sih dek? kok ngomong sendiri?" tanya kak Elza. "Hmmm... nanti ya pulang
sekolah, makanya kakak harus jemput aku jam 15.00! Kalau mau tau!" kata
Raisa. "Oke, nanti tunggu kakak ya..."
Jam 07.00...
jemputan Raisa sudah datang, saatnya berangkat sekolah... sepanjang
perjalanan, Raisa melihat rumah-rumah gubuk yang sudah mau roboh, dan
anak-anak jalanan.
Wah,,, mereka kasihan sekali, jika tidak ada yang mau membantu, bagaimana ya nasib mereka?
pikir Raisa. "Eh, Ran, lihat deh, anak yang sedang mengemis itu,
kasihan sekali lho.." kata Raisa. "Itu mah, biasa, namanya juga anak
jalanan." sombong Rani. "Grrhhh.... ishh..." gerutu Raisa. Akhirnya
sampai juga di sekolah.
Teng...Teng...Teng...
Pelajaran
pertama, yaitu PPKN akan segera berlangsung. Saat miss Wilda datang
ketua kelas, Virya, langsung mempersiapkan teman-temannya. "Stan Up
Please..." Semua anak berdiri. "Give assalam!" perintah Virya.
"Assalamualaikum' warahmatullahi wabarakatuh!" semua anak mengucapkan
salam. Setelah itu, guru menjawab, "Wa' alaikum salam warah matullahi
wabarakatuh,". "Sit down please..." semua anak pun duduk.
"Anak-anak,
siapa yang nonton berita tadi pagi? tepatnya di TVindonesia?" tanya
miss Wilda. "Em..saya miss!" kata Raisa mengacungkan tangan. "Iya, baik,
kenapa ya, masih ada orang miskin? Hayoo..." lalu, Raisa menjawab,
"Karena, itulah miss, pemerintah tidak peduli akan rakyatnya yang
terlantar, tidak memiliki rumah, pakaian, makanan, dan uang. Apalagi,
mereka tidak berpendidikan." kata Raisa. "Lebayy banget sih Sa, biarin
aja kali mereka seperti itu, lagian, siapa suruh mereka miskin. Ya ga,
Fit, Mau?" kata Rani, "Iya, benar sekali!" kata Fitri dan Maura.
"Shutt...diam!
Rani, kita tidak boleh seperti itu! Mereka kan juga manusia. Nah,
sekarang, miss minta kalian tuliskan tentang perasaaan kalian kepada
mereka diluar sana." kata miss Wilda.
Semua pun selesai. Ada yang tidak setuju, ada yang membiarkan mereka terlantar, yaitu mereka Rani, Fitri dan Maura.
Pulang sekolah...
Raisa
di jemput oleh kak Elza. Lalu, mereka pergi ke sebuah tempat. "Lho,
kamu mau beli martabak?" tanya kak Elza. "Sudah, kakak diam saja!" kata
kak Elza. Saat di mobil... "Hm...kakak laper, bagi dong!" pinta kak
Elza. "Eiiiiiits! Gak boleh!" kata Raisa.
"Huh! Pelit," kata
kak Elza. "Ehhh....kak kelewatan! kita harus balik arah ke sana!" kata
Raisa. "Emang kita mau kemana si Sa? Mau ke kolong jembatan apa!?" kata
kak Elza. "Iya, yuk muter lagi!" kata Raisa.
"Ke kolong
jembatan???" kata kak Elza bingung. "Ikuti saja!" Mereka pun sampai. di
kolong jembatan, dilihatnya banyak anak yang sedang bercanda, tetapi
pakaiannya lusuh, kotor, compang-camping, dan tidak teratur. "Lah? kita
mau ngapain?" tanya kak Elza. "Aku, mau memberi makanan ini ke mereka.
Mereka kan kasihan, dan aku ingin mengajarkan mereka." kata Raisa.
"Oooh...
ya sudah, kakak juga mau!" kata kak Elza. Mereka pun engajarkan
anak-anak itu. Tak terasa air mata kak Elza dan Raisa menetes. "Hiks,,,
kalian pintar ya," kata kak Elza menahan tangis. Akhirnya selesailah
ceritanya di sini. Mereka sangat baik hati.
P3Z4N: Ambilah
sifat dari Kak Elza dan Raisa. Dan buang jauh-jauh sifat Rani, Fitri
dan Maura yang sombong dan enggan membantu orang yang tidak mampu.